Sore
yang sejuk waktu yang pas untuk jalan-jalan, mumpung nggak ada kegiatan, saya
mengajak suami untuk berbelanja di sebuah swalayan dekat rumah kontrakan.
Senangnya
memiliki suami yang menyayangi dan selalu bersikap lembut. selama berkeliling
swalayan memilih barang dan jajanan, suami saya selalu menggandeng tangan saya, memang benar kata
orang, ketika tangan kita digenggam orang yang kita cintai, yang kita rasakan
hanyalah bahagia, sedih dan takut seketika menghilang entah kemana.
Saat
suami saya sibuk memilih-milih kaos oblong, saya tinggalkan suami saya untuk
mencari sabun cuci. Di lorong tempat sabun cuci saya bertemu dengan seorang ibu
muda yang sepertinya sedang hamil tua, sejenak kami saling tukar senyum.
Tak
lama kemudian datang seorang laki-laki menghampiri ibu tersebut dengan membawa
sebungkus susu formula, yang kemudian saya tau laki-laki itu adalah suaminya
setelah terjadi dialog di antara mereka berdua.
“Sayang,
Mas ambilin susu formula ini. Mau ya..” kata sang suami.
Sang
istri menjawab, “Nggak ah, Mas kan tau aku nggak suka susu.”
Beberapa
saat terjadi perdebatan di antara suami istri itu.
“Ini
bagus untuk kandungan kamu..” kata suami kemudian dengan nada agak keras.
Sang
istri tidak menjawab lagi, hanya memasang wajah manyun. Melihat istrinya
seperti itu, sang suami akhirnya pergi membawa lagi susu formulanya dengan
wajah kesal.
Sang
istri memilih-milih lagi sabun cuci di samping saya, kami kembali bertukar
senyum.
“Hamil
berapa bulan Mbak?” Sapa saya sok akrab.
“Delapan
bulan, calon anak pertama saya..” Jawabnya ramah. Perkenalan dan obrolan pun
berlangsung di antara kami.
“Yang
tadi itu suami Mbak?” Tanya saya lagi.
“Iya..”
“Hmm..
seneng ya Mbak, apalagi saat hamil begini suami pasti tambah perhatian.” Kata saya
sok tau.
“Iya
sih..” Jawab nya sambil tersenyum, seperti sedang berfikir sejenak kemudian dia
berkata lagi, “Tapi banyak juga suami yang mengerti tapi kurang pengertian..”
Belum
sempat saya memahami maksud Mbak tadi, suami saya memanggil dari belakang,
memamerkan kaos oblong yang berhasil dipilihnya. Saya pun berpamitan dan
menghampiri suami saya, masih dengan bertanya-tanya, “Mengerti tapi kurang
pengertian??”.
0 Response to "Mengerti tapi kurang pengertian"
Post a Comment