Yang Indah Kadang Tidak Mudah

Lemas sekali rasanya sepulang dari kampus hari ini, dan saya semakin sadar bahwa menjadi orang baru memang sangat tidak enak.

Sebagai mahasiswi transfer, saya merasa sedikit bingung dan sulit, mungkin karena saya bukan tipe orang yang mudah beradaptasi dan mengenal orang lain, apalagi beradaptasi dengan Universitas di Indonesia yang banyak berbeda dengan universitas asal saya, yaitu Universitas Al-Azhar, Cairo.


Tidak menjadi sebuah kebanggaan bagi saya ketika seorang kenalan di kampus berkata, "Pindahan dari Al-Azhar Cairo?? WAW.. keren banget..". Tapi justru rasa takut yang ada di hati, berbagai fikiran buruk seketika itu bermunculan di benak saya. Bagaimana jika ternyata saya menjadi mahasiswi dengan IP paling rendah nantinya?, betapa akan sangat buruknya diri saya dihadapan semua orang. Dan bagaimana pula jika anggapan buruk itu tidak hanya ditujukan kepada diri saya, tapi juga kepada Universitas asal saya?.

Dua tahun menjadi mahasiswi di Al-Azhar Cairo dengan jurusan Syari’ah Islamiyah, saya berharap bisa dapat melanjutkan ke jenjang tahun akademik selanjutnya di Indonesia, yaitu semester 5, walaupun saya pindah ke jurusan Pendidikan Agama Islam. Dalam rencana saya, SKS semester 1 dan 3 yang akan wajib saya ikuti bisa menjadi jadwal sampingan. Harapan saya terwujud, saya terdaftar di semester 5 sesuai dengan ketetapan bagian akademik Universitas.

Awal perkuliahan, dengan PD saya mengikuti kelas semester 5 PAI, walaupun nilai saya dari Universitas Al-Azhar belum dikonversi untuk menentukan mata kuliah yang wajib saya selesaikan di Universitas baru saya, karena beberapa hari saya mencari Bapak kajur PAI beliau selalu berhalangan.

Tentu tidak mudah bagi saya untuk mengenal anggota kelas yang saya pikir akan menjadi teman-teman seperjuangan saya. Bagian seperti inilah yang paling saya tidak suka dari perjalanan hidup, saat dimana saya menjadi orang asing di antara sekian banyak orang yang saling mengenal, saat di mana saya menjadi orang yang pendiam dan terpaksa dianggap lugu karena tidak banyak tau.

Saya harus menarik nafas panjang dan menguatkan hati sebelum berangkat ke kampus, berkomat-kamit mengucap berbagai do’a dengan harapan hari ini bisa saya jalani dengan nyaman dan aman bersama orang-orang asing, walaupun sebenarnya saya mengakui bahwa saya merasa diterima dan lumayan enjoy dengan teman-teman kelas ini. Setelah beberapa hari akhirnya teman sudah banyak yang saya kenal dan begitu juga sebaliknya.

Suatu saat seorang teman bertanya, “Udah dapet KRS?”.
Saya terbengong kebingungan, “KRS itu apa ya??”
Dia tertawa, “Kartu Rencana Studi, isinya daftar mata kuliah yang akan kita ambil satu semester ini, tanpa KRS nama kita nggak bisa terdaftar di absensi. Di Al-Azhar nggak pake begituan ya??”

Memang, satu minggu ini saya mengikuti perkuliahan semester 5 walaupun nama saya belum tercantum dalam absensi.

Pulang kuliah hari ini saya cari lagi Bapak kajur di kantor fakultas. Alhamdulillah bukan pencarian yang sia-sia seperti hari-hari sebelumnya. Tapi hati saya sangat kecewa setelah berkonsultasi dan mengkonversi nilai, ternyata saya harus menempuh terlebih dahulu semester 1 dan 3 karena adanya rekonstruksi kurikulum. Walaupun dua semester bisa saya tempuh dalam waktu satu semester ini, tapi tetap saja saya berstatus “mengulang”.

Sebenarnya hanya satu hal yang memberatkan langkah saya, mencari kenalan dan beradaptasi sebagai orang baru lagi. Dan satu hal yang membuat saya sedikit kecewa, kenapa sejak awal Bapak kajur tidak memberitahukan kepada saya tentang rekonstruksi kurikulum yang membuat saya mengalami nasib seperti ini. Hiks..

Hanya itu, sampai ketika seorang teman seangkatan semasa MA berkata kepada saya lewat chating, “Denger-denger sekarang jadi juniorku ya??”
Mungkin pertanyaan itu tidak bermaksud apa-apa, tapi ketika ada yang mempertanyakan, mau tak mau hal itu menjadi masalah bagi saya.

Kembali saya menarik nafas panjang untuk menguatkan diri saya sendiri, saya yakin semua yang saya jalani tidak akan percuma, termasuk keputusan saya untuk pindah kuliah dari Cairo. Saya yakin, semakin banyak tempat yang saya pijak pasti semakin banyak pula yang akan saya tau.

3 Response to "Yang Indah Kadang Tidak Mudah"

  1. ocad says:
    October 8, 2012 at 1:26 AM

    paragraf terakhir, aku sependapat denganmu. tidak ada penyesalan dan keputusasaan. yossh,,, ganbatte :D

  2. qiqi Says:
    October 8, 2012 at 1:59 AM

    "bukan skedar cerita" ruarr bysa mb nuqo'. gaya khas pnulis novel "sirrgemid"

  3. sheilayu says:
    October 8, 2012 at 6:40 PM

    istli-ne pak saif bngettt. slamat mb/ustzh nuha 'baru bsa ucpin skrng'. ur friend

Post a Comment